Nama: Putri Wulan Eka G.W
Kelas: 4EA03
NPM: 15210470
Menurut penulis:
Dari kasus diatas kita sudah bisa menilai apakah
sikap si penjual bubur beretika atau tidak. Namun memang tidak semua pedagang
kecil berbuat curang seperti itu. Pertimbangan faktor ekonomi lagi-lagi yang
menjadi alasan mengapa mereka nekat melakukan hal tersebut. Dengan bermodalkan biaya
sedikit, mereka mengharapkan keuntungan yang lumayan, Tanpa memikirkan dampak
atau akibat atas perbuatan mereka tersebut terhadap para konsumen.
niatnya pengen makan enak malah dapet penyakit. Untuk itu kita sebagai konsumen harus lebih hati-hati dalam membeli makanan dipinggir jalan yang harganya lebih miring dari harga biasanya. Lebih baik membuat sendiri.
Sumber:
http://2ndthikuslupzcha11.blogspot.com/2011/10/tugas-etika-bisnis.html
Kelas: 4EA03
NPM: 15210470
Boraks merupakan asam borat murni sebagai bahan pembuatan
industri farmasi. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan
pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoa. Dalam bentuk
tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia,
dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah
lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah).
Penggunaan boraks sebagai bahan makanan sebenarnya telah
dilarang oleh Pemerintah sejak Juli 1979, hal tersebut dimantapkan kembali
dengan SK Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988.
Boraks tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan, tetapi
ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di
Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta merta
berakibat buruk terhadap kesehatan, tetapi apabila boraks masuk ke dalam tubuh
manusia, maka akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh
manusia secara kumulatif. Dan akibat/efeknya akan dirasakan di kemudian hari.
Dampak karena seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung
boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak,
boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang
sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun,
kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.
Menurut penulis:
niatnya pengen makan enak malah dapet penyakit. Untuk itu kita sebagai konsumen harus lebih hati-hati dalam membeli makanan dipinggir jalan yang harganya lebih miring dari harga biasanya. Lebih baik membuat sendiri.
Sumber:
http://2ndthikuslupzcha11.blogspot.com/2011/10/tugas-etika-bisnis.html
No comments:
Post a Comment